KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 3.1
Pratap Triloka merupakan
konsep pendidikan yang dicetuskan oleh Ki Hadjar Dewantara, konsep ini menjadi
prinsip dasar para guru dalam melakukan pendidikan di Taman Siswa. Terdapat
tiga unsur penting yang terkenal dalam Pratap Triloka ini, yaitu: Ing ngarsa
sung tulada, Ing madya mangun karsa, dan Tut wuri handayani, yang secara tidak
langsung ajaran tersebut memberikan contoh kepada kita sebagai seorang pendidik
untuk dapat menjadi teladan yang baik bagi peserta didik kita, memberikan
kesempatan kepada mereka untuk dapat mengembangkan diri, dan kita dari belakang
memberikan dorongan dan semangat. Dengan kita memberikan teladan yang baik,
melakukan pembiasaan hal positif maka akan menular di lingkungan sekitar kita.
Sehingga akan tercipta budaya positif di sekolah, dengan mengikuti filosofi
yang diajarkan KHD. Menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak agar dapat
mencapai keselamatan dan kebahagiaan.
Ketika kita melakukan proses
pembelajaran yang disesuaikan dengan karakter dan bakat mereka, maka kita juga
dapat mewujudkan kepemimpinan murid. Membentuk murid sesuai profil Pelajar
Pancasila yang di dalam dirinya terbangun secara utuh keenam dimensi
pembentuknya (Beriman, bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa dan berakhlak mulia;
Mandiri; Bergotong-royong; Berkebinekaan
global; Bernalar kritis; dan kreatif. Hal ini
disebabkan karena mereka diberikan kesempatan untuk mengungkapkan ide, gagasan
atau pendapat, berekspresi dan mengembangkan bakat mereka. Agar profil pelajar
Pancasila tersebut dapat terwujud, maka kita sebagai pendidik harus memiliki sikap mandiri, inovatif,
berkolaborasi, reflektif, serta berpusat pada murid. Sikap inilah yang nantinya
dapat membantu kita dalam sebuah pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin
pembelajaran.
Sebagai seorang pendidik kita
tidak boleh menuntut anak, akan tetapi tugas kita adalah menuntun mereka agar
mereka semakin berkembang dan pada akhirnya nanti ketika mereka berada di
kehidupan masyarakat mereka dapat memecahkan masalah mereka dengan cara yang
tepat dan benar. Ketika seseorang telah terbiasa melakukan segala hal yang
positif atau melakukan segala sesuatu sesuai dengan nilai kebajikan yang telah
ia yakini, maka nilai-nilai kebajikan itu nanti yang akan mempengaruhi pola
pikir dan sikap dirinya dalam menghadapi suatu masalah. Mereka dapat mengambil
keputusan dengan tenang, dengan
memperhatikan segala aspek yang ada sehingga dapat meminimalkan resiko dari
setiap keputusan yang mereka ambil. Karena tidak selamanya segala keputusan
yang diambil mampu mengakomodir semua golongan yang terlibat di dalamnya.
Di kehidupan nyata terkadang
kita dihadapkan dengan suatu masalah dimana jika ditelaah kembali semua
perspektif menyatakan semuanya benar. Bila kita berada dalam kondisi seperti
ini maka kita sedang mengalami dilema etika. Hal ini terjadi karena ada nilai-nilai kebajikan mendasari yang
bertentangan seperti cinta dan kasih sayang, kebenaran, keadilan, kebebasan,
persatuan, toleransi, tanggung jawab dan penghargaan akan hidup. Namun jika kondisi yang kita hadapi berkaitan dengan benar dan salah
maka kita berada dalam posisi bujukan moral. Dalam bujukan moral ini kita
dituntut untuk mampu berpikir secara seksama untuk mengambil keputusan yang benar.
Apabila kita selalu menanamkan nilai-nilai kebajikan yang kita yakini dan
dipegang secara teguh serta dijalankan dengan baik, maka akan membantu kita
dalam mengarahkan kita dalam pengambilan keputusan dengan baik dan tepat
Berkaitan dengan pendampingan
kita kepada murid dalam hal pengambilan keputusan, disini kita dapat mengaplikasikan
ilmu yang telah kita peroleh pada modul sebelumnya. Coaching merupakan bentuk
kemitraan bersama klien (coachee) untuk memaksimalkan potensi pribadi dan
professional yang dimilikinya melalui proses yang menstimulasi dan
mengeksplorasi pemikiran dan proses kreatif. Pada kegiatan ini guru berperan
sebagai coach yang dapat menuntun murid sebagai coachee dengan memberikan
pertanyaan-pertanyaan pemantik yang dapat menggali segala potensi dan kemampuan
yang ada pada dirinya sehingga mampu mengarahkan cochee dalam mengatasi
permasalahannya, hingga akhirnya menemukan solusi dengan cara mereka.
Pertanyaan-pertanyaan pemantik yang
diajukan coach mampu membuat coachee mengambil nilai-nilai yang ada di dalam
dirinya, mampu mengevaluasi segala usaha yang telah dilakukan untuk menghadapi
tantangan yang sedang ia hadapi. Sehingga kita mampu mengarahkan coachee untuk
melakukan analisa terhadap dirinya sendiri dalam melakukan rencana-rencana yang
akan dilakukan untuk menemukan solusi dalam mengatasi permasalahannya tersebut.
Untuk mendukung ini semua, maka dibutuhkan suatu keterampilan agar kita dapat
membuat kegiatan coaching berjalan dengan baik dan lancar. Dengan menggunakan
langkah coaching TIRTA kita dapat mengidentifikasi masalah apa yang sebenarnya
terjadi dan membuat pemecahan masalah secara sistematis.
Langkah coaching TIRTA akan semakin
ideal apabila kita dapat mengkombinasikan dengan sembilan langkah konsep
pengambilan dan pengujian keputusan sebagai evaluasi terhadap keputusan yang
kita ambil. Hal ini terjadi karena terkadang kita berseberangan dengan hati
nurani kita. Agar segala keputusan yang kita ambil bersifat benar dan tepat
maka kita harus memahami permasalahan itu sebenarnya. Apakah bersifat dilema
etika (benar lawan benar) atau bujukan moral (benar lawan salah). Secara umum paradigma yang terjadi pada
situasi dilema etika ini dikelompokkan menjadi empat macam, yaitu individu
lawan masyarakat, rasa keadilan lawan rasa kasihan, kebenaran lawan kesetiaan,
dan jangka pendek lawan jangka panjang. Dari setiap situasi yang kita hadapi
terkadang akan muncul lebih dari satu paradigma, sehingga perlu kita pahami
paradigma mana yang paling dominan agar ketika kita mengambil keputusan kita
dapat memilih prinsip mana yang paling tepat.
Tiga
Prinsip yang dapat membantu kita dalam menghadapi pilihan-pilihan yang penuh
tantangan. Ketiga prinsip tersebut adalah berpikir berbasis hasil akhir,
berpikir berbasis peraturan, dan berpikir berbasis rasa peduli. Akan tetapi
meskipun kita sudah menggunakan pendekatan prinsip-prinsip tersebut, perlu kita
ingat bahwa setiap keputusan yang akan kita ambil pastinya akan memiliki
konsekuensinya sebagai akibat dari keputusan yang kita ambil. Oleh karena itu
setiap keputusan perlu berdasarkan pada rasa tanggung jawab, nilai-nilai
kebajikan universal dan berpihak pada murid.
Selain
dari modul, saya juga mendapatkan wawasan ilmu dari pendampingan yang telah
dilakukan oleh Pendamping Praktik dan Fasilitator. Beliau membantu saya
memberikan pertanyaan-pertanyaan pemantik yang dapat mengarahkan kepada saya
untuk bisa menggali dan mengidentifikasi masalah saya, sehingga saya mampu mengambil
keputusan yang saya ambil dan berlatih mengevaluasi apakah keputusan yang sudah
saya ambil ini tepat atau tidak, berdasarkan pada rasa tanggung jawab,
nilai-nilai kebajikan universal dan berpihak pada murid.
Untuk
mengaplikasikannya di lingkungan sekolah khususnya pada pembelajaran, baiknya
kita mengajak murid melakukan pemahaman dan
kemampuan mengenal serta mengelola diri sendiri. Berawal dengan mengenali diri
sendiri menyayangi dirinya sendiri, pada akhirnya murid-murid akan mengetahui
kekuataan yang ada pada dirinya. Selain itu kita mampu memahami karakter
murid-murid kita, mampu memfasilitasi model belajar dan minat mereka sehingga
dalam proses pembelajaran murid mendapatkan pembelajaran yang menyenangkan dan
sesuai profil belajar mereka masing-masing. Sehingga dengan kekuatan yang
mereka miliki ini nanti mereka dapat melakukan kolaborasi menjalin komunikasi
dan relasi dengan baik antar teman. Mereka pun bisa menghargai keberadaan orang
lain dan bersosialisasi dengan baik.
Dalam
melakukan pendampingan dengan murid khususnya pada saat menghadapi suatu kasus,
terkadang permasalahan yang kita hadapi tergolong dilema etika atau bujukan
moral. Oleh karena itu sebagai seorang pendidik kita harus mampu mengambil
keputusan dengan benar dan tepat agar keputusan yang kita ambil tidak
menyebabkan masalah baru. Tidak dipungkuri terkadang setiap keputusan yang
diambil dipengaruhi oleh nilai-nilai kebajikan yang kita anut. Oleh karena itu
kita sebagai seorang pendidik, kita harus mengingat kembali nilai-nilai yang
telah diajarkan pada modul sebelumnya mengenai nilai mandiri, inovatif,
kolaboratif, reflektif, dan berpusat pada murid. Dengan kita menerapkan
nilai-nilai kebajikan tersebut akan membantu kita dalam menentukan keputusan
apakah masalah yang kita hadapi ini termasuk dalam dilema etika atau bujukan
moral, dengan demikian kita dapat melakukan pendekatan paradigma yang paling
dominan dalam melakukan langkah yang akan kita ambil berdasarkan pendekatan
prinsip yang dapat membantu kita dalam menghadapi pilihan-pilihan yang penuh
tantangan. Melalui tahapan sembilan langkah konsep pengambilan dan
pengujian keputusan sebagai evaluasi terhadap keputusan yang kita ambil maka
akan mendorong kita untuk mengambil keputusan dengan tepat dan memperkecil
resiko sebagai akibat hasil keputusan yang kita ambil sehingga keputusan
tersebut tidak merugikan semua pihak khususnya murid kita. Dengan demikian akan
memberikan dampak yang baik pula untuk lingkungan sekolah karena tercipta
budaya positif yang membuat lingkungan belajar menjadi aman dan nyaman.
Melakukan perubahan tentunya tidak semudah
membalikkan telapak tangan, apalagi jika kebiasaan itu telah mengakar
bertahun-tahun. Terkadang kita sebagai pendidik terjebak dalam keadaan zona
nyaman dan aman. Daripada melakukan perubahan membuat kita semakin tambah
pekerjaan misalnya, atau daripada nanti menimbulkan ketidaknyamanan diantara
guru yang lainnya maka memilih untuk menghindari konflik, apalagi jika itu
sudah menjadi adat yang sudah turun temurun hal itu akan susah dipatahkan. Ketika
sudah berani melakukan perombakan terkadang masih ada juga guru yang tidak mau
terlibat karena merasa tidak sejalan dengan keputusan yang telah diambil di
sekolah akhirnya komitmen yang telah dilakukan tidak dapat dilaksanakan.
Menurut saya setiap keputusan
yang kita ambil akan memberikan pengaruh terhadap cara pengajaran kita di
kelas. Apabila pendampingan kita di kelas itu memperhatikan kebutuhan murid
kita maka pengajaran yang kita berikan akan dapat memerdekakan anak. Karena
mereka bisa lebih mengeksplor rasa ingin tahunya menjadi lebih besar. Akan
tetapi jika kita hanya sekedar mengajar untuk menyelesaikan materi saja tanpa
memperhatikan kebutuhan murid, maka mereka akan menjadi pribadi yang sekolah
hanya sekedar sekolah tidak ada kesadaran untuk mengembangkan diri karena
mereka terbatasi di lingkup itu saja.
Sebagai
seorang pemimpin pembelajaran, setiap keputusan yang diambil dapat mempengaruhi
kehidupan atau masa depan murid-murid kita. Sehingga keputusan yang kita ambil
harus memperhatikan segala aspek yang ada. Dengan memperhatikan kondisi murid
kita, melakukan pemetaan terhadap minat belajar, profil belajar serta kesiapan
belajarnya akan membantu kita untuk menentukan arah pembelajaran kita. Kita
dapat memfasilitasi setiap murid kita sesuai kemampuannya sehingga mereka menjadi
pribadi yang lebih berkembang, mandiri, dan kreatif. Namun jika keputusan yang
kita ambil itu tidak memperhatikan kondisi murid kita dan malah disesuaikan
dengan keinginan kita, bisa jadi murid kita berkembang menjadi murid yang pasif
tidak mau berkreasi dan berinovatif. Hanya sekedar mengerjakan karena paksaan
bukan kesadaran. Oleh karena kita pengambilan keputusan ini harus benar-benar
dipikirkan dengan memperhatikan segala sesuatu agar berpihak pada anak.
Materi pengambilan keputusan sebagai
pemimpin pembelajaran ini sangat memberikan manfaat yang luar biasa. Kita
diberikan suatu ilmu untuk dapat mengambil keputusan secara efektif, dan ini
semua sangat diperlukan oleh kita sebagai guru. Kita harus memiliki suatu kompetensi
atau skill dengan berlandasakan kepada filosofi Ki Hadjar Dewantara berdasarkan
pada budaya positif menggunakan alur BAGJA yang akan membantu kita dalam
menciptakan lingkungan pembelajaran yang aman, nyaman dan kondusif. Sehingga
murid kita menjadi wellbeing dalam mengikuti proses belajar di sekolah. Ada
rasa kerinduan untuk selalu belajar. Oleh karena itu kita sebagai seorang
pemimpin pembelajaran harus memiliki pemikiran yang mindfulness atau kesadaran
secara penuh agar setiap keputusan yang kita ambil dapat bermanfaat untuk murid
kita, dan pada akhirnya cita-cita untuk mewujudkan profil pelajar Pancasila
dapat terwujud. Meskipun di perjalanan nantinya saat mengambil keputusan kita
akan menghadapi keraguan karena dilema bujukan dan dilema etika, namun dengan
mengikuti panduan sembilan langkah pengambilan dan pengujian keputusan untuk
memutuskan dan memecahkan suatu masalah segala keputusan yang kita ambil akan
memperkecil resiko dari keputusan yang diambil.
Comments
Post a Comment