KONEKSI ANTAR MATERI 3.2.a.9
3.2.a.9 Koneksi Antar Materi – Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya
a. Sintesis berbagai materi
Ketika mendengar kata pemipin, bayangan yang ada di dalam benak
pikiran kita adalah seseorang dengan jabatan tertinggi atau seseorang dalam
kelompok yang mengarahkan agar terciptanya keteraturan. Pemikiran itu benar,
akan tetapi pemimpin tidaklah selalu
dikaitkan dengan suatu jabatan karena pada dasarnya kita masing-masing pribadi
juga ditakdirkan menjadi seorang pemimpin. Memimpin dirinya sendiri untuk menjadi
pribadi yang berkarakter baik, sehingga mampu membawa perubahan yang memberi
dampak positif untuk sekitarnya. Dengan sikap inilah menunjukkan seseorang
memiliki nilai-nilai kebajikan yang nantinya akan diikuti oleh orang-orang yang
ada di sekitarnya. Oleh karena dapat
diartikan bahwa pemimpin adalah seseorang yang memiliki kemampuan untuk
mempengaruhi orang lain untuk mencapai suatu tujuan bersama.
Ada seseorang yang memiliki jabatan sebagai ketua atau kepala dalam
jabatannya namun dalam kesehariannya tidak mampu memberikan pengaruh kepada
lingkungannya. Ini menandakan bahwa seseorang tersebut belum memiliki kemampuan
untuk memimpin. Idealnya sosok seorang pemimpin itu bertanggung jawab secara
penuh dalam menggerakkan dan memotivasi anggota timnya untuk mencapai tujuan
bersama. Pemimpin berperan sebagai pencetus ide/gagasan, mengarahkan dan
mengaktifkan anggotanya, mengawasi kegiatan dan mengayomi anggotanya. Oleh
karena itu menjadi seorang pemimpin yang baik diperlukan suatu kesadaran diri
yang penuh, memiliki mental baja, tergerak hatinya untuk membawa perubahan. Dan
itu semua dapat terbentuk melalui proses yang panjang.
Sebagai seorang guru, kita memiliki peran yang sangat besar dalam
memimpin kelas kita. Sehingga guru dikatakan sebagai pemimpin pembelajaran. Sebagai
seorang pemimpin pembelajaran kita harus mampu memimpin murid-murid kita saat
mengikuti kegiatan pembelajaran. Kita bertugas untuk memegang kendali dalam
pelaksanaan pembelajaran. Mengambil keputusan secara tepat dan bijaksana
sehingga segala keputusan yang diambil berpihak pada murid. Sebelum saya
mengikuti kegiatan PPGP ini, terkadang keputusan yang saya ambil bertujuan
untuk menyenangkan diri saya sendiri, mempermudah pekerjaan saya tanpa
memperhatikan perasaan yang timbul di dalam benak murid-murid saya. Sebagai
contoh saya terlalu terpaku untuk menyelesaikan materi karena dikejar deadline
sebentar lagi ujian. Padahal kondisi saat itu kemampuan murid pada materi
sebelumnya masih belum menguasai. Akibatnya beban belajar murid semakin berat,
mereka bukannya senang dan paham dalam pelajaran saya. Justru sebaliknya
mindset murid-murid terhadap mata pelajaran kimia semakin susah dan merasa
belajar kimia tidak ada faedahnya.
Dari yang saya ceritakan di atas menggambarkan bahwa ketika seorang guru
tidak mampu mengelola kelasnya dengan baik, maka akan membuat murid kehilangan
arah. Mereka datang ke sekolah hanya sekedar duduk dan melengkapi absensinya
saja. Karena skenario pembelajaran yang disampaikan hanya berupa ceramah,
sekedar mentransfer ilmu tanpa memberi kesempatan kepada murid-murid untuk
mengembangkan diri dan mencoba mengaplikasikan ke dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran
yang dilakukan hanya sebatas rutinitas biasa saja. Suatu ketika ada murid saya
yang menyampaikan buat apa belajar materi ini kalau dalam kehidupan sehari-hari
tidak digunakan. Saya akan mengambil jurusan manajemen, dan ketika nanti saya
kuliah maka mata pelajaran kimia tidak akan saya pelajari lagi. Jadi pengalaman
belajar yang didapatkan sewaktu di bangku sekolah mungkin hanya sekitar
20% teori yang terpakai dan diaplikasikan
di kehidupan nantinya. Baiknya 80% itu kita melakukan praktek jadi kita bisa
mengembangkan diri suatu saat nanti. Mendengar murid saya menyampaikan hal itu
membuat saya shock dan menjadi pembelajaran bagi saya, bahwa apa yang kita
rancang belum tentu sesuai dengan yang diinginkan mereka.
Setelah saya mempelajari modul ini dan mengingat kembali peristiwa
yang saya alami, melihat kejadian ini saya seperti tertampar. Berarti pembelajaran yang saya
berikan selama ini tidak semua anak dapat menerimanya. Pembelajaran yang saya
sampaikan tidak mampu membuat anak bisa berpikir kritis dan mempunyai kemampuan
untuk menghadapi tantangan di kehidupan nyata. Permasalahan saya ini mungkin
juga dialami oleh guru lain, karena mungkin kita yang sudah terjebak dengan
model pembelajaran lama berada di zona nyaman. Saya merasa benar, karena saya
mendampingi anak-anak dengan memberikan materi sesuai KD yang sudah ditentukan
pada standar kurikulum. Namun disisi lain apa yang disampaikan murid saya juga
benar, mereka ingin menemukan pengalaman belajar yang lebih menantang dan
memberikan dampak untuk kehidupannya. Dengan kondisi seperti ini bisa dikatakan
bahwa saya mengalami dilema etika.
Ketika dihadapkan pada situasi dilema etika, nantinya akan ada
nilai-nilai kebajikan mendasari yang bertentangan seperti cinta kasih sayang,
kebenaran, keadilan, kebebasan, persatuan, toleransi, tanggung jawab dan
penghargaan akan hidup. Ketika seseorang mengalami dilema etika baiknya kita
memahami paradigma apa yang menyebabkan permasalahan itu terjadi. Apakah
dipengaruhi oleh individu lawan masyarakat, kebenaran lawan kesetiaan, rasa
keadilan lawan rasa kesetiaan, dan jangka pendek lawan jangka panjang.
Terkadang permasalahan yang kita hadapi ini dipengaruhi lebih dari satu
paradigma. Seperti yang saya alami ini, menurut saya kondisi saya ini mengalami
paradigma individu lawan masyarakat dan jangka pendek jangka panjang. Hal ini
terjadi karena ada pertentangan antara individu yang berdiri sendiri (guru)
melawan sebuah kelompok yang lebih besar (murid-murid di kelas) disisi lain
saya memilih keputusan yang terkesannya kelihatan terbaik saat itu namun
ternyata memberi dampak yang kurang baik di masa mendatang.
Dari fenomena ini baiknya kita menerapkan 3 prinsip yang dapat
membantu kita dalam menghadapi pilihan-pilihan yang penuh tantangan, yaitu
berpikir berbasis hasil akhir, berpikir berbasis peraturan, atau berpikir
berbasis rasa peduli. Dan prinsip yang saya gunakan dalam mengatasi permasalahan
ini adalah berpikir berbasis rasa peduli karena saya memutuskan sesuatu dengan
pemikiran apa yang saya harapkan orang lain lakukan terhadap saya. Dengan
kepedulian terhadap sesama kita akan menjadi lebih peka dan bersimpati. Untuk
memudahkan langkah saya dalam pengambilan keputusan baiknya saya
menerapkan 9 langkah pengambilan dan
pengujian keputusan:
1.
mengenali bahwa ada nilai-nilai yang saling
bertentangan dalam situasi ini
2. menentukan
siapa yang terlibat dalam situasi ini
3. kumpulan
fakta-fakta yang relevan dengan situasi ini
4. pengujian
benar atau salah
5. pengujian
paradigma benar lawan benar
6. melakukan
prinsip resolusi
7. investigasi
opsi trilemma
8. buat
keputusan
9.
lihat lagi dan refleksikan
Jika kita mengaitkan kembali tujuan awal dari adanya pendidikan yang
diajarkan oleh Ki Hadjar Dewantara kasus yang terjadi pada diri saya ini
bertentangan dengan prata triloka. Saya cenderung menuntut murid untuk
mengikuti pola yang saya inginkan menjadi pribadi dengan gambaran subjektif
saya. Padahal jelas-jelas ajaran KHD ini mengajarkan kepada kita sebagai
seorang pamong untuk menuntun murid-murid kita berkembang sesuai dengan
kodratnya. Sehingga sebelum melakukan pembelajaran baiknya kita sebagai guru
mengingat kembali nilai-nilai apa saja yang harus dimiliki oleh seorang guru
agar dapat mendampingi murid-murid kita menjadi pribadi yang mencerminkan
profil pelajar Pancasila.
Setelah memahami nilai-nilai guru (mandiri, kolaboratif, inovatif,
reflektif, dan berpihak pada murid) maka perlu kita sebagai guru membuat visi
misi pembelajaran yang berpihak pada murid. Agar segala apa yang dilakukan
bermuara pada visi misi yang telah dibuat untuk kepentingan bersama. Visi misi
tersebut dapat terwujud dengan kita merancang suatu pembelajaran dengan
memperhatikan kebutuhan belajar murid serta kesiapan belajarnya. Melakukan
pemetaan kita membuat RPP Berdiferensiasi dengan menerapkan kompetensi sosial
emosional sehingga murid tidak hanya berkembang di akademiknya saja namun
memiliki rasa empati peduli kepada lingkungannya karena sosial emosional
semakin terasah.
Sebagai seorang pemimpin, kita juga perlu menggali dan mengembangkan
aset yang ada di sekitar kita yang nantinya bisa jadikan modal utama dalam
pengembangan sekolah. 7 aset tersebut adalah modal manusia, fisik, sosial, lingkungan
alam, politik, finansial, serta agama dan budaya. Mengapa kita seorang pemimpin
pembelajaran perlu mengelola sumber daya, hal ini bertujuan agar pemimpin mampu
lebih mengenali, menggali, serta menganalisis segala potensi sumber daya yang
ada baik di sekolahnya maupun daerah lingkungan sekitarnya. Setelah pemimpin
memahami kondisi potensi yang ada, pemimpin dapat melakukan pemetaan dengan
pendekatan berbasis asset (asset based thinking). Hasil dari pemetaan tersebut
selanjutnya dapat dimanfaatkan dan diberdayakan semaksimal mungkin untuk
mewujudkan visi misi yang berpihak pada murid seperti yang telah
dibuat/direncanakan. Dengan langkah seperti ini menggambarkan bahwa seseorang
tersebut memiliki kemampuan menjadi pemimpin pembelajaran dalam pengelolaan
seumber daya. Sehingga perubahan yang dilakukan khususnya dalam pembelajaran
selalu berpusat dan berpihak pada murid, dan ini semua selaras dengan ajaran Ki
Hadjar Dewantara mengenai filosofi prata triloka.
Melalui ilmu yang saya dapatkan pada modul ini, saya akan mencoba
mengimplementasikan untuk menjadi seorang pemimpin pembelajaran dalam
pengelolaan sumber daya dengan pendekatan berbasis aset. Sebagai seorang guru
kimia, saya harus memiliki pemikiran positif, lebih peka untuk menggali dan
menganalisis potensi apa saja yang ada di kelas, sekolah, serta lingkungan
sekitar agar bisa saya manfaatkan untuk melakukan perubahan dalam pembelajaran
saya. Di era saat ini murid-murid kita berbeda dengan era di jaman kita,
sehingga saya harus mengikuti perkembangan jaman agar tidak dimakan jaman.
Murid-murid kita merupakan generasi yang melek dengan teknologi, sehingga saya
akan memanfaatkan kondisi ini untuk mendukung kelancaran proses pembelajaran
saya. Saya akan melakukan pembelajaran berbasis digital dengan memberikan
catatan materi dengan Microsoft office sway serta sumber belajar lain yang bisa
diakses dengan internet. Selain sumber belajar, saya juga akan memberikan
kesempatan kepada murid-murid saya berkaitan dengan tagihan tugas berbasis
digital juga. Andaikata ada tugas berupa pelaporan atau produk maka murid bisa
mengemasnya sesuai dengan bakat minat mereka misalnya membuat vlog, ppt dengan
canva, video yang diupload di media sosial, infografis, poster dll.
Berdasarkan pengalaman yang saya ceritakan di atas, ilmu kimia akan
mudah dipahami dan senang diikuti oleh murid apabila ada kegiatan prakteknya.
Sehingga murid bisa mengembangkan ilmunya di kehidupan nyata. Oleh karena itu
saya juga akan memanfaatkan sumber daya alam yang ada di sekitar sekolah atau
di sekitar lingkungan murid-muris sebagai laboratorium alam. Seperti misalnya
memanfaatkan kulit pisang sebagai bahan biobaterai yang ramah lingkungan, atau
pembuatan tepung dari kulit pisang. Sehingga pembelajaran semakin dekat dengan
murid-murid karena bersifat kontekstual. Selain itu saya juga memanfaatkan
orang-orang yang berhasil dalam suatu bidang untuk dijadikan sebagai sumber
belajar anak. Mereka diberikan kesempatan untuk melakukan wawancara menggali
informasi yang ada sehingga murid-murid memiliki keterampilan untuk
mengembangkan wirausaha. Sebagai contoh pada pembelajaran materi sifat
koligatif larutan, murid-murid berkesempatan belajar mengenai penurunan titik
beku larutan. Pada umumnya materi ini dikaitkan dengan proses pembuatan es
krim. Kebetulan di dekat sekolah kami ada tempat pembuatan es krim jadul.
Dengan memberikan tugas kepada murid-murid untuk melakukan observasi lalu
mencoba mengaplikasikannya mungkin akan membuat pengalaman belajar murid
menjadi berkesan.
Apabila kita sudah mampu mengidentifikasi dan memanfaatkan 7
aset/modal utama (manusia, sosial, fisik, lingkungan, finansial, politik, agama
dan budaya) yang ada di sekitar lingkungan sekolah, maka akan membantu proses
pembelajaran murid menjadi lebih berkualitas. Hal ini terjadi karena asset
tersebut dapat kita gunakan sebagai sumber kekuatan merencanakan pembelajaran
yang berpihak pada murid. Sebagai contoh hubungan pengelolaan sumber daya yang
tepat akan membantu proses pembelajaran murid yang berkualitas. Pada modal
manusia misalnya dengan melakukan pemetaan kebutuhan belajar dan kesiapan
belajar murid kita bisa merancang pembelajaran yang berdiferensiasi dengan
menerapkan KSE. Kita dapat mengarahkan murid kita untuk melakukan wawancara
pada narasumber yang berkaitan dengan materi pelajaran sehingga semakin
menambah referensi sumber belajar. Pada modal sosial, murid-murid bisa
mengkomunikasikan hasil pembelajarannya melalui media sosial instagram,
youtube, spotify, tiktok dll. Pada modal fisik, memanfaatkan tempat pembuangan
akhir di Kendal Growong sebagai sumber belajar untuk membedakan serta
pengolahan sampah organik dan anorganik. Pada modal lingkungan, murid-murid
bisa diarahkan untuk bisa lebih peka dan peduli terhadap lingkungan di sekitar.
Dengan memanfaatkan ubi misalnya menjadi bioetonal atau gula cair yang memberi
manfaat bagi kehidupan manusia. Pada modal finansial, kita bisa menggunakan
dana BOS untuk mendukung pembelian bahan kimia untuk mendukung pembelajaran
agar berjalan dengan lancar. Pada modal politik, kita bisa melakukan kerjasama
dengan beberapa instansi yang bisa mendukung pembelajaran misalnya bekerjasama
dengan Puskesmas untuk memberikan penyuluhan kesehatan. Dan pada modal agama
dan budaya di sekitar sekolah ada masjid, gereja, klenteng dan candi dari situ
kita bisa memanfaatkannya sebagai sumber pembelajaran pada materi keberagaman
agama misalnya atau sejarah masuknya agama di daerah Muntilan. Dengan demikian
ketika seorang pemimpin dapat melakukan pengelolaan sumber daya secara tepat
akan membantu proses pembelajaran murid yang bekualitas yang membuat murid
menjadi selamat dan bahagia setinggi-tingginya (wellbeing)
b. Rancangan Tindakan
|
PRAKARSA PERUBAHAN |
Mewujudkan pembelajaran berbasis digital dan
kontekstual |
|
|
TAHAPAN |
Pertanyaan |
Daftar
tindakan/ riset/ penyelidikan yang perlu dilakukan untuk mendapatkan jawaban |
|
B-uat
pertanyaan (Define) ·
Membuat
pertanyaan utama yang akan menentukan arah investigasi kekuatan/potensi/
peluang; ·
Menggalang
atau membangun koalisi tim perubahan |
·
Bagaimana membuat pembelajaran kimia
yang menarik dan menyenangkan? ·
Apa yang harus dilakukan agar murid
tertarik mengikuti pembelajaran? ·
Apa yang harus saya lakukan agar murid
terbiasa dengan pembelajaran digital? ·
Mengapa murid harus terbiasa dengan
pembelajaran berbasis digital dan kontekstual? |
·
Melakukan pemetaan ·
Membuat rpp berdiferensiasi menerapkan
KSE ·
Membuat konten pembelajaran berbasis
digital ·
Mengikuti kodrat alam dan kodrat jaman
dengan memanfaatkan perkembangan IT sesuai generasi sekarang dan memberikan
kesempatan pengalaman pembelajaran yang lebih berkualitas |
|
A-mbil pelajaran
(Discover) ●
Menyusun
pertanyaan lanjutan untuk menemukenali kekuatan/potensi/ peluang lewat
investigasi; ●
Menentukan
bagaimana cara kita menggali fakta, memperoleh data, diskusi kelompok
kecil/besar, survei individu, multi unsur |
●
Apakah program pembelajaran berbasis
digital dan kontekstual masuk ke dalam target pengembangan visi misi sekolah? ●
Apa manfaat yang diperoleh oleh murid
dalam pembelajaran berbasis digital dan kontekstual ini? ●
Apa saja potensi yang harus dimiliki
murid agar pembelajaran berbasis digital dan kontekstual dapat tercapai? |
●
Menganalisis kesesuaian antara program
CGP dengan dan visi misi sekolah ●
Menganalisa kegiatan-kegiatan yang
pernah dilakukan dan mengkomunikasikan dengan rekan dan seluruh warga sekolah ●
Fasilitas Hp/gadget, kuota, wifi yang
memadai, kemampuan dan ketertarikan pembelajaran terhadap IT, kemauan belajar
murid yang tinggi. |
|
G-ali mimpi (Dream) ●
Menyusun
deskripsi kolektif bilamana inisiatif terwujud; ●
Mengalokasikan
kesempatan untuk berproses bersama, multiunsur (kapan, di mana, siapa saja). |
●
Bagaimana meningkatkan ketertarikan
murid terhadappembelajaran berbasis digital dan kontekstual? ●
Apa yang harus di implemantasikan
murid setelah murid mengikuti pembelajaran berbasis digital dan kontekstual ●
Harapan apa yang akan didapatkan jika
pembelajaran berbasis digital dan kontekstual tercapai? ●
Siapa yang akan dilibatkan dalam mewujudkan
pembelajaran berbasis digital dan kontekstual? |
●
Membuat konsep dan program pembelajaran
yang berdiferensiasi dengan menerapkan KSE. ●
Membuat catatan berupa jurnal kegiatan
yang dilakukan, membuat laporan akhir berbasis digital berdasakan pengalaman
belajar yang didapatkan. ●
Mempunyai keterampilan IT yang lebih
berkembang ●
Murid, rekan guru yang bisa diajak
kolaborasi |
|
J-abarkan rencana
(Design) ●
Mengidentifikasi
tindakan konkret yang diperlukan untuk menjalankan langkah-langkah kecil
sederhana yang dapat dilakukan segera,dan langkah berani/terobosan yang akan
memudahkan keseluruhan pencapaian; ●
Menyusun
definisi kesuksesan pencapaian |
●
Langkah inovatif apa yang dapat
dilakukan agar pembelajaran berbasis digital dan kontekstual ini berpusat
pada murid? ●
Bagaimana cara melibatkan seluruh
warga sekolah dalam menjalankan program ini? ●
Langkah apa saja yang akan dilakukan
untuk mewujudkan program pembelajaran berbasis digital dan kontekstual? ●
Indikator apa yang menunjukkan program
yang direncanakan berhasil? |
●
Memberikan kesempatan kepada murid
untuk mengungkapkan pendapatnya tentang perasaan mereka mengikuti
pembelajaran? ●
Berkolaborasi dengan seluruh warga
sekolah untuk memaksimalkan asset yang dimiliki sekolah ●
Mengembangkan skill IT, membuat konten
pembelajaran berbasis digital dan kontekstual ●
Murid berhasil membuat karya sesuai
bakat dan minatnya |
|
A-tur eksekusi
(Deliver) ●
Menentukan
siapa yang berperan/ dilibatkan dalam pengambilan keputusan; ●
Mendesain
jalur komunikasi dan pengelolaan rutinitas (misal: SOP, knowledge management,
monev/refleksi) |
●
Bagaimana melihat kelebihan dan
kekurangan dari kegiatan yang diprogramkan? ●
Bagaimana agar program ini dapat
konsisten dan dapat diikuti oleh rekan guru yang lain? ●
Siapakah yang terlibat dalam program
ini serta apa peranannya? |
●
Melakukan refleksi dan evaluasi ●
Membuat program guna perbaikan program
sebelumnya ●
Kepala Sekolah sebagai pemangku
tertinggi di sekolah Waka Kurikulum
sebagai monitoring kegiatan pembelajaran Rekan guru sebagai
teman kolaborasi |
Comments
Post a Comment