PGP – 4 – Kabupaten Magelang – Monica Agnes Retno Purbandari – 3.3 – Aksi Nyata

 

PGP – 4 – Kabupaten Magelang – Monica Agnes Retno Purbandari – 3.3 – Aksi Nyata

 

video laporan aksi nyata modul 3.3

https://drive.google.com/file/d/1k7cMN-fZ18tL9gC1IWn9rmNvU6BkbZtQ/view?usp=sharing 

Peristiwa (Fact)

Pada kegiatan di akhir modul 3.3 ini saya memiliki perencanaan untuk melakukan aksi nyata dengan mengangkat tema “Mewujudkan pembelajaran berbasis digital dan kontekstual dengan program proyek kolaborasi antar mapel”.  Program ini saya ambil karena di jaman sekarang anak-anak tergolong ke dalam Gen Z, dimana gen Z ini memiliki karakteristik yang berbeda dengan generasi lain. Generasi ini mempunyai karakter yang menyukai teknologi, fleksibel, lebih cerdas, dan toleran pada budaya. Gen Z adalah peralihan dari generasi milenial dengan teknologi-teknologi yang makin berkembang sehingga mereka dianggap mampu melakukan multi-tasking dan melakukan kegiatan (bermain sosial media di ponsel, browsing dengan PC, hingga mendengarkan musik) tersebut sekaligus dalam satu waktu.

                Berdasarkan informasi yang saya baca, sebagai generasi pertama dunia digital, Gen Z adalah generasi pertama dunia digital, sehingga mereka dianggap mahir dan menguasai teknologi dari kecil. Anak-anak gen Z menilai bahwa smartphone serta media sosial sebagai cara hidup dan bukan sekedar platform atau perangkat belaka. Generasi ini dianggap mampu memberikan peran yang cukup besar dalam kemajuan suatu bangsa. Akan tetapi untuk mewujudkan hal tersebut perlu adanya strategi guna membentuk gen Z. Dengan melakukan pengawasan dalam penggunaan sosial media, menjaga komunikasi dengan baik, mencegah hadirnya kesenjangan dalam keterampilan, mendukung pemikiran global dengan realitas lokal, serta membantu gen Z dalam menemukan identitas diri. Dengan kondisi seperti inilah saya ingin melakukan kegiatan pembelajaran yang menyenangkan, yang dapat dipahami oleh anak-anak. Melalui pembelajaran yang menekankan pada kaitan antara materi yang dipelajari dengan kondisi di kehidupan nyata yang bisa dilihat dan dianalisis oleh peserta didik. Kemudian dipadu-padankan dengan kemampuan mereka di bidang IT, menggunakan peranan internet atau teknologi digital baik itu dalam hal persiapan, pelaksanaan, dan penilaian pembelajaran; yang dilaksanakan oleh peserta didik, guru, serta orang tua peserta didik. Melalui penggabungkan dua metode tersebut akan membuat peserta didik kita semakin bersemangat dalam mengikuti pembelajaran. Apa yang dipelajari mereka terasa lebih dekat dan nyata. Proses pembelajaran ini dapat kita lakukan dengan melakukan pembelajaran kolaborasi proyek yaitu suatu praktik untuk menyatukan dua orang atau lebih dalam organisasi atau tim untuk bekerja sama dengan berbagi pengetahuan, pengalaman, dan keahlian.

          Kegiatan ini dirasa perlu dilakukan karena peserta didik dapat melakukan pembelajaran sesuai dengan apa yang mereka inginkan. Sebagai seorang guru kita tidak boleh menuntut mereka mengikuti apa yang kita inginkan, namun kita bertugas untuk mendampinginya, menuntun mereka agar memperoleh pengalaman belajar yang bisa semakin berdampak dan bermanfaat untuk kehidupannya nanti. Dengan memanfaatkan apa yang ada di sekitar kita sebagai sumber belajar akan memungkinkan peserta didik untuk terekspos pada pengalaman belajar otentik yang menuntut mereka belajar untuk mampu melihat permasalahan dan secara kreatif berusaha mencari solusi atas permasalahan tersebut. Kegiatan ini sudah pernah saya terapkan pada semester genap tahun ajaran 2021/2022, namun baru berkolaborasi dengan beberapa mata pelajaran saja. Berdasarkan hasil evaluasi dari anak-anak dan juga sekolah, program ini perlu dilakukan kembali dengan lebih dikemas secara lebih matang dan terstruktur agar anak-anak dapat mempelajari sesuatu sesuai dengan minatnya sehingga pembelajaran yang dilakukan semakin berdampak dan bermakna.

Untuk mendukung keberlangsungan program ini, di awal tahun ajaran baru ini saya meminta anak-anak untuk mengisikan link kuisioner mengenai gaya belajar anak. Dari 23 anak yang saya minta untuk mengisikan data, ada 18 anak yang sudah mengisi kuisioner tersebut. Hasil yang saya dapatkan menunjukkan data bahwa banyak anak yang memiliki gaya belajar visual-kinestetik dibandingan auditori.

No.

Nama

Gaya

1.

Abet

Visual

Visual 46%, auditori 26%, kinestetik 26%

2.

Corin

Visual kinestetik

3.

Adit

Visual kinestetik

Visual 56%, auditori 2%, kinestetik 40%

4.

Putri

Visual kinestetik

5.

Wiwi

Visual

Visual 60%, auditori 20%, kinestetik 20%

6.

Fania

Kinestetik visual

7.

Nora

Visual

Visual 50%, auditori 23%, kinestetik 26%

8.

Michella

Visual Kinestetik

Visual 46%, Auditori 23%, Kinestetik 30%

9.

Vincent

Visual

Visual 63%, auditori 20%, kinestetik 16%

10.

Sbastian

Visual

Visual 53%, auditori 23%, kinestetik 23%

11.

Intan

Kinestetik visual

Visual 36%, auditori 23%, kinestetik 40%

12.

Diva

Kinestetik visual

Visual 43%, auditori 10%, kinestetik 46%

13.

Bima

Kinestetik visual

Visual 33%, auditori 23%, kinestetik 43%

14.

Sabna

Visual

Visual 50%, auditori 26%, kinestetik 23%

15.

Ganta

Kinestetik visual

Visual 40%, auditori 13%, kinestetik 46%

16.

Tere

Visual Kinestetik

Visual 46%, Auditori 16%, Kinestetik 36%

17.

Julia

Kinestetik Visual

Visual 33%, Auditori 20%, Kinestetik 46%

18.

Chessa

Auditori Kinestetik

Visual 10%, Auditori 46%, Kinestetik 43%

Tabel 1. Hasil Rekapan Gaya Belajar Murid






Gambar 1. Bukti Tes Gaya Belajar

 

Berdasarkan hasil tersebut kemudian saya melakukan pembicaraan dengan anak-anak, saya mendapatkan bahwa mereka lebih senang jika dalam melakukan kegiatan pembelajaran itu anak-anak diberikan kesempatan untuk mengeksplor dirinya dengan melakukan percobaan dengan mengaitkan materi yang telah mereka pelajari sebelumnya. Dengan memberikan suatu contoh materi kemudian anak-anak diberi kebebasan untuk mencari referensi seluas-luasnya mengenai materi yang kita berikan lalu mereka diajak untuk mencoba melakukan percobaan maka akan semakin membantu mereka mengingat, memahami serta mengaplikasikannya di kehidupan sehari-hari. Selain itu dengan data ini, kita sebagai guru juga bisa membuat suatu rancangan pembelajaran yang berpihak pada murid. Sehingga anak menjadi mau, senang, dan tertarik untuk belajar.

Selain melakukan pemetaan identifikasi gaya belajar murid, kita sebagai guru juga melakukan pemetaan KD dari materi-materi yang bisa dikolaborasikan. Sehingga ketika melakukan kegiatan tersebut murid semakin paham arah tujuan dan esensi dari pembelajaran tersebut. Pemetaan KD ini kami lakukan di awal pembelajaran, kemudian kita tentukan model penilaian serta akan dilaksanakan kapan.



Gambar 2. Rapat Guru Pembuatan Program

 

Dari program yang direncanakan ini, harapannya nanti akan dihasilkan suatu karya anak-anak seperti yang sebelumnya. Menghasilkan suatu karya yang lebih inovatif, kreatif dan bernalar kritis yang lebih beragam lagi sesuai dengan bakat minatnya. Sehingga anak-anak semakin siap menghadapi kehidupan masyarakat, mereka mampu berkontribusi dalam memecahkan suatu permasalahan dengan menerapkan pengalaman yang mereka peroleh sewaktu duduk di bangku sekolah. Dengan demikian Profil Pelajar Pancasila pun juga dapat tercapai.

 



Gambar 3. Orangtua/Wali murid melihat hasil karya anak (Gelar karya)


Gambar 4. Contoh Hasil karya anak

 



Gambar 5. Evaluasi Gelar Karya dari Orangtua/Wali Murid

 

Pada gambar 5 terlihat bahwa respon dari orangtua mengenai hasil karya anak-anak sangat positif. Mereka sangat antusias serta mendukung untuk dilakukan lagi pembelajaran seperti ini. Karena dirasa pembelajaran yang dilakukan semakin dekat dan nyata dalam kehidupan anak-anak. Oleh karena pengalaman tersebut membuat saya bersama rekan kerja saya di sekolah akan mengembangkan kembali program tersebut dengan memanfaatkan teknologi, yaitu “Mewujudkan pembelajaran berbasis digital dan kontekstual dengan program proyek kolaborasi antar mapel”. 


Berikut contoh video hasil pembelajaran proyek anak

https://drive.google.com/file/d/1EJFktUZWjXB-6bctZECPrrVOiu1zP2Jf/view?usp=sharing


Melihat antusiasme dan dukungan dari rekan kerja, orangtua, serta anak-anak membuat saya menjadi senang dan bersemangat lagi dalam mengemas kegiatan ini agar tujuan pembelajaran yang direncanakan semakin baik dibanding sebelumnya, anak-anak memiliki pengalaman belajar yang baru.  Sehingga pembelajaran yang dilakukan semakin berdampak dan bermakna. Meskipun dalam pelaksanaannya nanti akan ada kendala, namun jika dipersiapkan dan direncanakan dengan matang akan menghasilkan hasil yang baik seperti yang diharapkan.

Berdasarkan pengalaman yang telah dilakukan sebelumnya, ketika kami belum menelaah dengan maksimal mengenai KD-KD materi yang akan dikolaborasikan. Kami menganggap bahwa materi tersebut masuk dan bisa diintegrasikan. Namun setelah dilaksanakan, ternyata ada hal yang tidak sesuai dan malah masuk di KD materi lain. Melihat adanya kondisi seperti ini, membuat kami menjadi belajar bahwa dengan melakukan pemetaan KD lalu kemudian memastikan anak-anak ingin mempelajari apa, akan memudahkan kita untuk melakukan integrasi KD dengan kolaborasi antar materi. Oleh karena itu, kegiatan ini perlu dipertimbangkan dengan matang dan direncanakan dengan baik agar anak-anak dalam melakukan pembelajaran ini pun merasa senang dan memahaminya. Selain itu berkaitan dengan pengemasan waktu, juga perlu diperhitungkan dengan baik dan tepat agar tidak membuat anak menjadi terbebani karena berbarengan dengan tugas atau kegiatan yang lainnya.

Dari program ini saya juga mendapatkan pembelajaran yang berharga dimana anak-anak sangat menyenangi pembelajaran dengan model seperti ini. Menurut anak-anak mereka mendapatkan pengalaman baru dalam belajar karena dari apa yang mereka lakukan ternyata ada kaitannya dengan ilmu pelajaran sehingga membuat anak menjadi lebih memahami ilmu yang mereka dapatkan. Anak-anak merasa ada tantangan tersendiri dalam hal belajar karena mereka tidak terpaku pada satu sumber belajar saja, akan tetapi secara luas mereka mampu mendapatkan informasi berkaitan materi yang dipelajari.

Dari pengalaman tersebut, maka untuk ke depannya saya akan membuat draft rancangan mengenai proyek kolaborasi antar mapel, menyusun KD-KD yang bisa terlibat dalam proyek tersebut, membuat rancangan penilaian serta waktu pelaksananaan, kemudian mensosialisasikan kepada anak-anak. Selain itu juga menyampaikan kepada waka kurikulum agar dapat dilakukan gelar karya pada akhir semester sehingga hasil karya anak dapat dinikmati oleh orang lain. serta mempublikasikan karya mereka melalui media sosial milik pribadi anak-anak maupun sekolah.

 

 

 

 

Comments